Sep 21, 2018

Berapa kali kita harus Buang Air Besar (BAB) dalam sehari?

Sitecay - Berapa kali kita harus Buang Air Besar (BAB) dalam sehari?


Buang air besar (BAB) tidak lancar bisa berujung pada gangguan kesehatan. Bicara frekuensi BAB yang sehat, apakah ini berarti harus setiap hari, atau beberapa hari sekali saja cukup?


Ternyata jawaban atas pertanyaan ini sedikit lebih rumit.

Sebenarnya tidak ada frekuensi spesifik soal seberapa sering seseorang harus buang air besar agar dianggap normal dan sehat. Yang paling penting adalah apa yang menurut Anda normal.

Karena itu perhatikan rutinitas BAB. Ini penting bagi Anda, dokter juga bisa mengetahui apakah semuanya normal atau tidak.

Ada berbagai aspek dalam menilai tingkat kenormalan dalam hal frekuensi BAB.

WebMD melaporkan usia, pola makan, tingkat aktivitas, dan lebih banyak lagi dapat memengaruhi seberapa sering Anda BAB. Tapi umumnya, frekuensi tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu termasuk normal.

Hal ini dikonfirmasi sebuah studi pada 2010 yang dipublikasikan dalam Scandinavian Journal of Gastroenterology.

Sebanyak 98 persen partisipan studi memiliki frekuensi BAB tiga kali per pekan sampai tiga kali per hari.

Dr. Felice Schnoll-Sussman, MD, seorang gastroenterologis dan direktur Jay Monahan Center untuk Kesehatan Gastrointestinal di Weill Cornell Medicine mengatakan, normal adalah apa yang buat Anda biasa dalam hal BAB.

Tapi, jika tiba-tiba Anda BAB lebih dari tiga kali sehari atau kurang dari tiga kali seminggu, itu bisa jadi pertanda ada sesuatu yang tidak normal. Cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk memeriksa apakah ada sesuatu yang perlu dilakukan.

Jika Anda khawatir karena jarang BAB, makan makanan sehat, minum banyak air, dan aktif bergerak setiap hari dapat membantu Anda tetap teratur ke belakang. Ilmuwan Damien Belobrajdic menyarankan konsumsi makanan sarat serat setiap kali makan. Sayur, buah, kacang, dan biji-bijian.

Memperhatikan bagaimana perubahan gerak usus dapat memberi Anda gambaran jika ada sesuatu yang berpotensi jadi masalah atau tidak.

Bagi perempuan, jika kebiasaan BAB berubah saat menstruasi, tidak berarti ada sesuatu yang salah. Sebuah makalah tahun 2015 yang diterbitkan dalam Gastroenterology Report mencatat tingkat prostaglandin lebih tinggi ketika sedang menstruasi, ini memengaruhi siklus BAB.

Seumpama siklus BAB tak kunjung lancar menjelang akhir masa menstruasi, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter.

Bagi perempuan maupun laki-laki, perubahan kebiasaan dalam keseharian juga bisa jadi alasan berubahnya frekuensi BAB. Mengubah kebiasaan tidur, olahraga, minum kopi, dan lain-lain berpotensi berdampak pada kapan dan bagaimana Anda BAB.

Bukan hanya itu, menahannya alih-alih langsung ke toilet saat waktunya tiba juga dapat memperburuk keadaan. Jadi hindari sebisa mungkin.

Sebuah studi tahun 1998 yang diterbitkan dalam Hepatogastroenterology menemukan, perempuan yang menahan BAB pada siang hari mengalami lebih banyak komplikasi yang terkait dengan gerakan usus, seperti wasir dan konstipasi.

Menukil Medical News Today, Anda perlu berkonsultasi ke dokter jika belum BAB selama satu hingga dua pekan, atau ada gejala-gejala di luar kebiasaan. Gejala itu antara lain meliputi darah pada feses, feses berwarna hitam, sakit perut, atau muntah darah.

Pada akhirnya, jika Anda merasa tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan dengan rutinitas BAB, mungkin memang demikian adanya. Perhatikan saja jika ada perubahan drastis, dan konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa ada masalah dengan siklus BAB.

Tubuh setiap orang memiliki sistem yang sedikit berbeda. Menurut para ahli, keteraturan lebih penting daripada seberapa sering Anda BAB.


EmoticonEmoticon